Hidroponik adalah suatu metode atau teknik bercocok-tanam tanpa menggunakan media tanah sehingga relatif lebih bersih, hemat lahan serta lebih praktis dibanding cara tradisional yang menggunakan media tanah. Metode ini sangat tepat untuk diadopsi dan diterapkan oleh masyarakat yang tinggal diperkotaan (urban) karena keterbatasan lahan.
Pengantar
Asal usul hidroponik dapat ditelusuri kembali ke jaman kekaisaran Romawi pada abad ke–1 ketika buah mentimun ditanam menggunakan teknik hidroponik. Teknik ini kelihatannya kurang populer dan terlupakan selama beberapa abad berikutnya. Pada tahun 1920 teknik hidroponik mendapat perhatian kembali setelah banyak ditemukan permasalahan pada tanaman yang menggunakan media tanam tanah yang dipakai di rumah kaca (greenhouse). Pada tahun 1936, Dr. W. F. Gericke memberi istilah hidroponik untuk proses pertumbuhan tanaman menggunakan media air yang telah dicampur dengan larutan nutrisi. Hidroponik dalam bahasa Inggris hydroponic, berasal dari bahasa latin dimana “hydro” berarti air dan “ponous” berarti kerja yang apabila diterjemahkan secara harafiah berarti “bekerja dengan air”.
Kebanyakan orang akan membayangkan tanaman hidroponik adalah tanaman yang akarnya menggantung dan terendam dalam air. Hal ini benar dan itu hanya merupakan salah satu cara / teknik menanam hidroponik yang disebut NFT (Nutrient Film Technique). NFT adalah salah suatu teknik yang sangat populer di dunia hidroponik dan memiliki banyak variasi. Apa yang tidak disadari oleh banyak orang adalah banyaknya variasi cara menggunakan teknik NFT ini.
Dalam artikel ini kita akan bahas satu persatu teknik yang paling sering atau umum dipakai, termasuk kelebihan serta kekurangannya serta informasi penting lainnya terkait dengan menanam secara hidroponik.